Yang Tidak Terlihat dari Facebook

Coba kita tanya pada orang-orang khususnya kaum muda saat ini, tentang website apa yang biasanya mereka buka ketika mengakses internet. Pasti banyak yang akan menjawab Facebook. Facebook sudah menjadi bagian dari hidup banyak orang. Orang membuat suatu dunia baru mewakili diri aslinya yang dituangkan di dunia maya. Namun cara interaksi Facebook ini begitu menarik dan sangat mudah digunakan sehingga membuat kita merasakan suatu kehidupan baru di dunia berbeda (agak berlebihan kah? Tapi memang begitu adanya kan.) Nah dalam blog edisi Data Mining & Data Warehousing ke tiga ini kita akan membahas sedikit tentang apa yang tidak terlihat dari Facebook.

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Tidak terlihat bisa berarti bisa dirasakan. Coba kita rasakan! Apa saja kah yang baik dan buruk dari Facebook, yang katanya bagian hidup, yang katanya identitas kita di dunia maya. Sudahkah bagian hidup kita itu meningkatkan kualitas hidup kita yang sebenarnya, atau malah membuat hidup kita jadi nggak bener?

Penggunaan Waktu

Ayo refleksikan! Berapa jam kita habiskan untuk ber-Facebook ria dalam sehari? Bagaimana kalau dalam periode tertentu kita nggak ngecek Facebook. Silahkan describe sendiri perasaan itu, yang jelas pasti ada unsur rasa kangen ingin membuka. Nah kalo sudah seperti ini apakah kita sudah ketergantungan pada Facebook ya? Whoops, hati-hati kawan, segala sesuatu yang berlebihan itu nggak ada yang baik.

Sebenarnya point ini lho yang paling dipermasalahkan tentang Facebook. Yang membuat banyak kantor dan kampus membuat keputusan untuk memblokir Facebook supaya tidak mengganggu produktivitas pada saat jam kerja. Facebook memang penting untuk menjalin komunikasi, namun sebagai individual kita harus sadar dan mencoba mengatur waktu antara kepentingan dunia maya dengan dunia nyata. Tentu saja dunia nyata itu yang lebih utama. Coba deh kita mulai mengatur porsi Facebookan kita dari sekarang.

Kualitas Konten

Nah sebenarnya apa sih yang kita lakukan di Facebook, kok sampai segitu banyak orang memakainya dan tidak pernah lepas darinya?

Sebenarnya kalo ditinjau baik dan buruknya, Facebook itu sama dengan internet pada umumnya. Bila kita mencari hal-hal yang baik, seperti edukasi, peduli sesama, info (dan gossip) terkini, pasti ada. Sementara hal-hal yang jelek pun juga ada (nggak usah dicontohin deh pasti semua udah pada tahu). Di sini Facebook tidak bisa disalahkan bila terdapat hal-hal yang baik maupun buruk, sudah wajar. Mengutip yang dikatakan Ketua Majelis Ulama Indonesia Kalimantan Selatan, bahwa Facebook adalah fasilitas, dan fasilitas bisa menjadi baik maupun buruk tergantung penggunanya. Beliau menganalogikan seperti mengendarai sepeda motor, bila digunakan untuk maksud baik akan menjadi baik, dan sebaliknya.

Kualitas Komunikasi

Kalau dua hal tadi merupakan perbandingan baik dan buruk, yang satu ini cenderung tidak membandingkan namun mengungkap suatu fenomena baru. Komunikasi dengan internet membawa terobosan hebat di kehidupan umat manusia, dengan mengeliminasi batasan jarak dan waktu. Kapanpun dimanapun orang itu berada, kita bisa melakukan komunikasi yang membuat kita serasa dekat dengan orang lain. Dan jaringan sosial juga lah yang berperan penting untuk memelihara komunikasi itu.

Lucunya kalau sudah berada di jaringan sosial, terkadang kita sudah lupa akan norma-norma dari dunia nyata. Seperti contohnya komunikasi antara dosen dan mahasiswa terkesan lebih santai. Tapi sering kali kita lupa, bahwa apa yang kita tulis di jaringan sosial seperti Facebook bisa dilihat oleh orang lain. Banyak yang dengan santainya melontarkan kata-kata buruk yang ditujukan pada temannya, namun bagaimana kalau bos dia melihat halaman tersebut? Komunikasi di Facebook sebenarnya harus extra hati-hati, because the whole world is watching you!

Selain itu, dengan kemudahan dan banyak fitur-fitur dari Facebook menimbulkan suatu trend baru, seperti trend bahasa. Contohnya, dalam berbahasa di Facebook seringkali orang bersikap santai, tidak peduli tata bahasa, menggunakan singkatan, bahkan banyak kosakata baru yang dicomot dari kebiasaan kita ketika menggunakan Facebook. Trend ini entah merupakan degradasi atau bukan biarlah ahli budaya yang menilai. Tetapi ketika Facebook menjadi keseharian kita, dan trend tersebut menjadi kebiasaan kita, maka sepertinya kita perlu sering introspeksi diri tentang dampak-dampak yang terjadi dalam diri kita.

Sekali lagi, Facebook adalah alat komunikasi. Akibat baik maupun buruk itu pasti ada. Namun sebagai alat komunikasi, bukan Facebook dong yang menanggung akibat bila banyak terjadi hal-hal yang tidak baik. Kecuali kalau memang Facebook tidak memiliki peraturan-peraturan yang membatasi kemungkinan hal itu terjadi. Tapi setahu saya Facebook sudah lumayan membatasi, jadi, no problemo


Comments

3 responses to “Yang Tidak Terlihat dari Facebook”

  1. semoga kita semakin arif dalam bersosialisasi di dunia maya maupun dunia nyata..

  2. Terima kasih, pekerjaan yang baik! Ini adalah hal yang saya harus miliki.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *