Refleksi kuliah tahun pertama, bagian 2
Kalau memutuskan untuk melanjutkan kuliah lagi setelah sarjana, umumnya hal yang tidak kalah penting untuk direncanakan adalah dana untuk kuliah. Beasiswa adalah pilihan yang paling enak, tentunya. Seringkali mengejar beasiswanya terkadang lebih memakan waktu dan tenaga daripada mengejar masuk ke universitas. Ketika mencari sekolah, saya pun harus melihat apakah ada kesempatan untuk mendapatkan beasiswa. Jika tidak, maka universitas/program itu tidak menjadi pilihan saya.
Akhir tahun 2012 saya memulai perburuan beasiswa. Kebetulan perburuan ini terkonsentrasi pada benua Eropa karena waktunya paling pas. Beasiswa Erasmus Mundus Masters dari Uni Eropa saya ketahui sebagai beasiswa yang selalu ada setiap tahun, tersedia untuk berbagai macam bidang, tidak ada syarat pengalaman kerja maupun kontrak profesi tertentu, dan setelah lulus pun tidak ada ikatan. Selain itu saya juga mendaftar beasiswa dari Swedish Institute. Sementara untuk beasiswa di Australia menurut kabar, lebih diarahkan untuk Indonesia bagian timur atau para aktivis, dan masa perkuliahan baru dimulai awal tahun. Jadi nanti dulu. US? Kabarnya jika sudah diterima beasiswa Fulbright, baru akan berangkat setahun sesudahnya untuk proses admisi (mohon dikroscek ya, saya nggak terlalu paham).
Dari segala macam program yang saya daftar, alhamdulillah hanya satu saja yang tembus, hehe yaitu EIT ICT Labs Master School. Tapi sayang sekali saya masih harus memikirkan biaya hidup di sana nanti. Artinya perjuangan belum berakhir, saya harus mencari beasiswa. Kini pilihannya harus mencari beasiswa yang tidak terikat dengan program tertentu, yang bisa digunakan dimana saja. Nah baru saat itulah saya melirik beasiswa dari dalam negeri. Salah satunya adalah program beasiswa baru dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Kementrian Keuangan. Saat itu LPDP masih belum banyak terdengar, masih menjadi pertanyaan besar ini beasiswa apa dan akan seperti apa. Jadwal pendaftaran pun masih belum jelas. Tapi paling tidak informasi itu ada, walaupun pengumuman saat itu masih sering mendadak. Dari “kemasan”nya saya saya dulu berpikir kalau beasiswa ini terlalu muluk-muluk. Dari persyaratannya LPDP seolah-olah meminta seseorang yang sempurna : punya nilai akademis tinggi, super aktif di masyarakat, punya jiwa kepemimpinan dan punya banyak prestasi. Orang seperti itu kan tidak banyak, gak salah nih–pikir saya. Selain itu LPDP pun tampak begitu menjanjikan dengan dana abadinya, kuota banyak, dan lain-lain. Melihat track record beasiswa dalam negeri, hal ini masih too good to be true.
Alhamdulillah ternyata saya lolos juga, walaupun I’m not all that. Sejak itu saya mulai mempelajari bahwa LPDP adalah suatu lembaga dengan komitmen yang sangat baik. Cita-citanya melahirkan pemimpin-pemimpin baru Indonesia–yang tadinya saya pikir muluk-muluk–ternyata didukung dengan langkah nyata di tahap terakhir seleksi, yaitu Program Kepemimpinan (PK). Pada PK, para calon penerima beasiswa “dicuci otak” agar cinta Indonesia dan punya keyakinan bahwa suatu saat nanti mereka pula yang akan memegang amanah masa depan bangsa (nah entah kenapa kalo ditulis begini terdengar muluk-muluk kan..). PK 3 yang saya ikuti, selain berisi materi, tugas kelompok, dan sosialisasi, terdapat juga sesi bersama TNI AD, pengabdian masyarakat, belajar kesenian daerah dan bermain-main di alam terbuka. Setiap PK berbeda tempat dan agenda, tetapi saya rasa sama serunya.
Rasanya beruntung sekali saya diberi kegagalan di beasiswa lain dan dipertemukan dengan beasiswa ini. Alhamdulillah dengan beasiswa ini urusan finansial lancar jaya. Birokrasi tetap ada namun tidak menyulitkan. Pihak LPDP pun informatif. Rasanya kebaikan-kebaikan ini pun menular ke awardee-nya. Senang sekali bisa bertemu teman-teman yang belajar ke seluruh belahan dunia dan berbagi semangat dengan mereka. Ini seperti dapat beasiswa plus plus plus.
Buat yang berminat daftar LPDP punya beberapa macam beasiswa. Dalam Beasiswa Pendidikan Indonesia terdapat program magister dan doktor untuk kuliah S2 & S3 di dalam maupun luar negeri, beasiswa thesis dan disertasi untuk yang butuh dana untuk penelitian, dan beasiswa afirmasi untuk yang berasal dari daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) atau yang pernah mengharumkan Indonesia lewat olimpiade sains, teknologi, olah raga maupun seni budaya. Selain itu buat yang diterima di universitas 50 besar dunia dan punya cita-cita kepemimpinan yang “lebih”, bisa tuh daftar Presidential Scholarship. (source: http://www.lpdp.depkeu.go.id/beasiswa/, 17 sept ’14)
Secara garis besar pendaftaran dilakukan dengan seleksi dokumen, umumnya sudah bisa online, kemudian wawancara (dan FGD?) dan diakhiri dengan Program Kepemimpinan (untuk Magister dan Doktor). Persyaratan dokumen dan pendaftaran online sudah tersedia di website. Untuk wawancara biasanya pada periode tertentu. Informasi paling update silakan join Group Facebook (yang dikelola bukan oleh LPDP tapi oleh relawan-relawan awardee–efek penularan kebaikan tadi 😉 ) dengan nama “Beasiswa LPDP 2013“. Wawancara biasanya diadakan di beberapa kota dan bisa teleconference. Untuk PK siapkan kurang lebih satu minggu untuk cuti kerja–buat yang bekerja. Tidak ada ikatan dinas dalam beasiswa ini. Syaratnya hanya pulang dan mengabdi di dalam negeri, boleh di perusahaan/lembaga negeri maupun swasta. Selengkapnya ada di group FB atau web http://www.lpdp.depkeu.go.id/
Terima kasih LPDP. Semoga dengan studi saya nanti bisa ikut mendukung apa yang menjadi cita-cita LPDP dan Indonesia 🙂
ps. kali ini bonus foto biar ga hoax.. hihi
Leave a Reply